Lokasi Wisata
,Padang rumput di lembah gunung Lakaan, Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, ramai dikunjungi orang dari berbagai sudut kampung di Kabupaten Belu dan kota Atambua sepanjang akhir minggu ini (6-7 Oktober). Satu pertunjukan drama musikal Antama telah menyedot mereka datang ke ajang bertajuk Festival Fulan Fehan 2018. Inilah festival yang digelar untuk kedua kalinya. Tahun lalu, Festival Fulan Fehan mengambil tema Pesona Likurai dan sukses raih rekor MURI dengan menghadirkan 6.000 penari.
Pemerintah Kabupaten Belu dalam gelaran Festival Fulan Fehan 2018 ini bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata, Indonesiana (Direktorat Jenderal Kebudayaan), dan Institut Seni Indoensia (ISI) Surakarta. Willybrodus Lay, Bupati Belu mengatakan, “Saya mengharapkan Festival Fulan Fehan ini sebagai satu festival dari pinggiran Indonesia untuk Indonesia.”
Ritual Berburu
,Drama musikal Antama diangkat untuk memperkenalkan ritual adat yang digali dari kearifan lokal masyarakat Belu. Menurut Yohanes Atti, budayawan Belu, Antama merupakan peristiwa berburu warga kampung adat. “Mereka berburu dengan tujuan mengusir hama, babi hutan. Selama laki-lakinya berburu, para wanita di kampung adat tak boleh menyalakan api, tak boleh ribut, tak boleh mandi. Kampung harus hening selama lelakinya pergi berburu,” ungkap Yohanes yang biasa disapa Anis.
Berdasarkan peristiwa Antama ini, Eko Supriyanto (koreogafer tari internasional) dari ISI Surakarta, berusaha mengelaborasikan kompleksitas tari. Tidak hannya dalam konteks ritual, tapi juga dalam konteks seni perrtunjukkan di panggung. “Selama dua minggu, penari dilatih untuk membuat konfigurasi tari dengan disiplin,” ungkap Eko.
Musiknya diambil dari ketukan gendang (tihar) tari Likurai yang dipadukan dengan suling, dan lainnya. “Semua bahan tari dan musik diambil dari Belu. Festival ini melibatkan 1.500 penari dari SMP dan SMU di Belu,” tambah Eko. Lagu daerah Belu, dipadu tabuhan gendang tihar, ritual berburu, tari Likurai, dan lainnya membuat pertunjukkan sore hari itu amat mempesona.
Foto: Rachmad Sadeli
Source :